Inggris tengah menghadapi TRISULA 88 tekanan inflasi yang belum pernah terjadi sejak awal tahun 2000-an. Data terbaru dari Kantor Statistik Nasional (ONS) menunjukkan bahwa laju inflasi tahunan mencapai angka tertinggi dalam dua dekade terakhir, memicu kekhawatiran luas di kalangan pelaku usaha, rumah tangga, dan pengambil kebijakan.
Inflasi, yang diukur melalui Indeks Harga Konsumen (CPI), mencatatkan kenaikan tahunan sebesar 7,9% pada kuartal pertama 2025. Angka ini jauh di atas target Bank of England yang berada di kisaran 2%. Lonjakan harga yang tajam terjadi pada berbagai sektor, terutama energi, pangan, dan perumahan, yang secara langsung menghantam daya beli masyarakat.
Penyebab Lonjakan Inflasi
Beberapa faktor utama mendorong kenaikan inflasi di Inggris. Pertama, dampak berkelanjutan dari krisis energi global yang diperburuk oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan krisis pasokan gas dari Eropa. Kedua, melemahnya nilai tukar pound sterling terhadap dolar AS menyebabkan harga impor naik, terutama untuk barang-barang kebutuhan pokok seperti bahan bakar dan makanan.
Selain itu, disrupsi rantai pasok global pasca-pandemi COVID-19 belum sepenuhnya pulih. Kekurangan tenaga kerja di sektor logistik dan transportasi turut memicu kenaikan biaya distribusi. Dalam negeri, kenaikan gaji minimum nasional dan biaya produksi juga memberi tekanan inflasi tambahan yang signifikan.
Dampak pada Masyarakat
Kenaikan harga barang dan jasa secara tajam telah menciptakan tekanan besar pada rumah tangga, khususnya kelompok berpenghasilan rendah. Banyak keluarga kini harus mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan non-pokok dan mengandalkan bantuan pemerintah atau organisasi amal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Survei dari Joseph Rowntree Foundation mencatat bahwa lebih dari 1 dari 5 rumah tangga di Inggris kini mengalami “kemiskinan bahan pangan”, yaitu kondisi di mana mereka kesulitan menyediakan makanan bergizi secara teratur. Kondisi ini diperparah dengan kenaikan tarif listrik dan gas yang membuat biaya hidup meroket.
Sektor perumahan juga terdampak. Biaya sewa rata-rata meningkat hingga 10% di beberapa kota besar seperti London, Manchester, dan Birmingham. Banyak penyewa menghadapi dilema antara membayar sewa yang melonjak atau pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil dan kurang layak.
Respons Pemerintah dan Bank Sentral
Bank of England telah menaikkan suku bunga acuan secara bertahap dalam upaya menekan laju inflasi. Namun, langkah ini memiliki konsekuensi tersendiri: biaya pinjaman untuk kredit rumah dan usaha kecil meningkat, yang pada gilirannya menghambat pertumbuhan ekonomi. Suku bunga saat ini berada di angka 5,25%, tertinggi sejak krisis finansial 2008.
Pemerintah Inggris, melalui Kementerian Keuangan, telah meluncurkan paket bantuan senilai £15 miliar untuk mendukung keluarga berpenghasilan rendah, termasuk subsidi energi, voucher pangan, dan pembekuan tarif pajak tertentu. Meski demikian, banyak pengamat menilai kebijakan ini bersifat jangka pendek dan belum menyentuh akar persoalan struktural.
Tantangan dan Prospek ke Depan
Tekanan inflasi ini datang pada saat Inggris masih berupaya memulihkan ekonomi pasca-Brexit dan pandemi. Ketidakpastian politik dalam negeri serta perubahan kebijakan perdagangan dengan Uni Eropa semakin memperumit situasi.
Para ekonom memperkirakan inflasi baru akan mulai mereda menjelang akhir 2025, dengan catatan tidak ada gangguan besar tambahan di pasar energi global. Namun, risiko tetap tinggi, terutama jika ketegangan geopolitik kembali meningkat atau jika kebijakan moneter dan fiskal tidak terkoordinasi dengan baik.
Dibutuhkan pendekatan menyeluruh yang mencakup diversifikasi sumber energi, reformasi pasar tenaga kerja, dan investasi di sektor produktif agar ekonomi Inggris lebih tahan terhadap guncangan eksternal di masa mendatang.
Penutup
Inflasi tinggi selama lebih dari dua dekade bukan sekadar fenomena ekonomi, tetapi juga krisis sosial yang menuntut respons komprehensif dari semua pihak. Pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat perlu bergandengan tangan untuk menghadapi tantangan ini. Tanpa tindakan tegas dan terarah, dampak inflasi bisa berkepanjangan dan melemahkan fondasi ekonomi Inggris dalam jangka panjang.