svetlograd – Kecelakaan pesawat Jeju Air pada Minggu, 29 Desember 2024, yang menewaskan 179 dari 181 orang menyisakan beragam cerita dan kenangan. Sebuah video menjadi viral setelah diduga merekam detik-detik terakhir pilot pesawat nahas itu saat berupaya menyelamatkan pesawat beserta seluruh penumpangnya sebelum menabrak dinding dan hangus terbakar.
Mengutip Korea Times, Sabtu, 4 Januari 2024, rekaman video yang diberi judul “Detik-detik Terakhir Pilot” tersebut menangkap bayangan yang diyakini pilot Jeju Air yang mengulurkan tangannya ke panel atas kokpit sesaat sebelum pesawat tersebut menabrak struktur lokalizer, alat bantu navigasi yang penting1. “Sampai detik terakhir, tangannya terulur ke panel kokpit. Saya percaya dia melakukan yang terbaik,” tulis pengunggah tersebut.
Meskipun identitas sosok dalam video tersebut belum dikonfirmasi, banyak warganet meyakini bahwa pilot tersebut telah melakukan upaya berani untuk meminimalkan bencana. Video tersebut telah menyentuh hati para penonton. Komentar membanjiri forum, dengan banyak yang bersimpati dengan rasa takut dan keputusasaan yang besar yang pasti dirasakan sang pilot.
“Dia berhasil melakukan pendaratan darurat dengan sempurna slot kamboja, hanya untuk menghadapi dinding beton yang tiba-tiba. Membayangkan pikirannya di detik-detik terakhir membuat air mata saya berlinang,” komentar seorang warganet1. Yang lain mengatakan, “Melihat dinding mendekat saat pesawat terus melaju… rasa takut dan ketidakberdayaan pasti tak terbayangkan”.
Kementerian Perhubungan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan menjelaskan dalam pengarahan pada Selasa, 31 Desember 2024, bahwa jika kedua mesin gagal, sistem hidrolik dapat mengalami malfungsi, yang berpotensi memengaruhi roda pendaratan. Namun, dalam skenario kegagalan sistem yang lengkap, ada tuas manual yang dapat digunakan, kata seorang pejabat kementerian.
Para ahli penerbangan menilai bahwa pilot kemungkinan besar menggunakan kontrol manual selama kecelakaan. Jeong Yun-sik, seorang profesor operasi penerbangan di Catholic Kwandong University, menjelaskan dalam sebuah wawancara dengan Kim Hyun-jung’s News Show CBS bahwa skenario seperti itu menuntut upaya fisik yang sangat besar1. “Jika kedua mesin gagal dan sistem hidrolik tidak berfungsi, pilot harus bergantung pada kontrol manual berbasis kabel. Ini membutuhkan kekuatan yang signifikan, dan mungkin kapten dan kopilot bekerja sama pada kontrol,” katanya.
Sementara itu, AFP melaporkan bahwa investigator Korea Selatan mulai mengangkat puing-puing pesawat Jeju Air pada Jumat, 3 Januari 2024. Menggunakan crane kuning besar, para investigator mulai mengangkat bagian-bagian dari puing-puing pesawat yang terbakar, termasuk yang tampaknya menjadi mesin1. “Hari ini, kami akan mengangkat bagian ekor pesawat,” Na Won-ho, kepala penyelidikan polisi provinsi Jeolla Selatan, mengatakan pada konferensi pers di Bandara Internasional Muan tempat kecelakaan terjadi. “Kami memperkirakan mungkin ada sisa-sisa yang ditemukan di bagian itu,” sambungnya. Ia memperkirakan proses pemindahan puing pesawat itu selesai pada hari ini.
Kecelakaan ini menandai bencana penerbangan terburuk di Korea Selatan sejak kecelakaan Korean Air Flight 801 di Guam pada tahun 1997 yang menewaskan 229 orang dan menjadi bencana penerbangan terburuk di tanah Korea Selatan, melampaui kecelakaan Air China Flight 129 pada tahun 2002 yang menewaskan 129 orang.
Pesawat yang terlibat adalah Boeing 737-800 yang terdaftar sebagai HL8088 dan dilengkapi dengan dua mesin CFM International CFM56-7B. Pesawat ini pertama kali terbang pada 19 Agustus 2009 dan diserahkan baru ke Ryanair dengan registrasi EI-EFR. Ryanair menyewa pesawat tersebut hingga 2017, setelah itu dipindahkan ke Jeju Air oleh lessor, SMBC Aviation Capital.
Investigasi sedang berlangsung untuk menentukan penyebab pasti dari kecelakaan tersebut, dengan fokus pada kemungkinan tabrakan dengan burung dan masalah dengan sistem pendaratan pesawat16.
Kecelakaan ini telah mengirimkan gelombang kejut melalui masyarakat Korea Selatan, yang sudah menghadapi krisis politik yang menyebabkan pemakzulan berturut-turut dari dua pejabat tertinggi negara tersebut—Presiden Yoon Suk Yeol dan Perdana Menteri Han Duk-soo.
Dengan hanya dua awak yang selamat, yang ditarik dari bagian ekor pesawat yang relatif utuh, upaya penyelamatan dan identifikasi korban terus berlanjut. Otoritas Korea Selatan telah berjanji untuk melakukan penyelidikan menyeluruh untuk menentukan penyebab kecelakaan dan mencegah tragedi serupa di masa depan.